[more]
{nl}
Dulu banyak yang ikut Pramuka karena “dipaksa”. Begitu boleh memilih, hampir tak tersisa lagi anggota yang bergabung. Yang masih bergabung, ngapain saja sih? “Ha? Pramuka? Itu waktu SMP, kali? Masa sih SMA masih ada?” begitu jawaban seorang siswi SMA sekolah swasta di Jakarta. Bahkan, saat diminta mengingat apakah ada teman-teman dari sekolah lain yang ikutan Pramuka saat duduk di bangku SMA, dengan tegas dia menjawab, “Enggak ada.”
“Memang Pramuka kurang ’hidup’ di kota besar, tapi di kota-kota kabupaten mereka masih banyak terlihat.” Untung Widiyanto selaku humas Jambore Nasional Pramuka menjelaskan kondisi Pramuka. Bagi anak-anak, kegiatan Pramuka memang lebih terasa sampai di bangku SMP. Saat mereka mendapat ’jabatan’ Pramuka Penggalang. Kegiatan outdoor, sangat memancing minat mereka.
“Kalau di SMA sekarang banyak kegiatan outdoor lain yang menarik, seperti pencinta alam,” ujar Indra, siswa SMA Sugar Lampung. Indra sendiri cukup rajin ikutan kegiatan Pramuka waktu duduk di bangku SMP. Bukan hanya karena kegiatan itu diwajibkan, tapi memang karena dia tertarik untuk ikutan kegiatan outdoor itu.
Pilihan Lain
Belum lama ini diadakan Jambore Nasional di Sumedang. Sebuah acara yang mengumpulkan anggota Pramuka dari berbagai penjuru negeri ini. Jambore Nasional diadakan setiap 5 tahun sekali sejak tahun 1973. Peserta Jambore ini juga adalah Pramuka Penggalang alias mereka yang duduk di bangku SMP. Sedangkan yang penegak lebih banyak bertugas mengawasi adik-adiknya.
Bisa jadi itu salah satu penyebab kenapa di tingkat SMA, Pramuka jadi kurang diminati karena mereka jadi harus lebih serius. Bandingkan dengan saat mereka berada di tingkat penggalang, di mana tugasnya adalah mengikuti berbagai pertandingan sehingga remaja di tingkat SMA lebih banyak memilih kegiatan lain yang bisa membuat mereka terhibur. Dan, makin terasa bagi mereka yang berada di kota besar. Pilihan lain sangat banyak!
Variasi Kegiatan
Walaupun Untung Widiyanto mengakui kegiatan untuk tingkat penegak kurang variatif, sebenarnya sudah ada beberapa penyesuaian kegiatan. “Kami melakukan revitalisasi Pramuka. Memfungsikan kembali unit-unit yang ada di Pramuka,” jelasnya lebih lanjut. Dan, revitalisasi ini bukan hanya memfungsikan ulang, tapi juga menciptakan kegiatan baru yang lebih modern. Misalnya saja, dulu hanya dikenal Jamboree On The Air (JOTA) alias berkumpulnya para anggota Pramuka lewat radio amatir. Sekarang ada Jamboree On The Internet (JOTI). Ngobrolnya tidak lagi lewat radio amatir, tapi chatting lewat internet. Dan kegiatan JOTI ini bukan hanya untuk tingkat nasional. Kegiatan ini juga dilakukan bareng World Organization of the Scout Movement (Pramuka Internasional). So, para Pramuka ini mestinya bukan kumpulan anak-anak yang kurang “gaul”. Malah mereka bergaul juga di tingkat internasional lho!
Namun, segala kegiatan itu ternyata masih kurang untuk menarik minat remaja setingkat SMA di kota besar karena internet bukan lagi hal aneh, dan tidak perlu ikut Pramuka untuk bisa bergaul lewat internet. Tidak heran kalau pada akhirnya keinginan untuk bergabung di Pramuka pun jadi kurang terasa. “Dulu aku ikut karena wajib ikut,” tutur Indriyana dari Yogyakarta.
Kalau diwajibkan sih, ya… bagaimana lagi? Tapi itu bukan lagi sebuah pilihan bijak untuk menghidupkan Pramuka di tingkat SMA. Yang lebih mungkin dihidupkan adalah pelebaran sayap kegiatan. Jangan dulu terlalu serius. Mungkin perlu perombakan seragam Pramuka biar enggak bosan?
Tahun depan bakal ada Jambore Dunia di Inggris. Dengar-dengar sih, sudah disiapkan dana untuk memberangkatkan tim Pramuka dari Indonesia. Semoga ajang itu tidak hanya arena untuk para penggalang bersenang-senang, tapi juga ajang belajar untuk tingkat penegak sampai pembina. Bagaimana caranya bikin Pramuka lebih hidup.
PR Para Pembina
“Gini hari masih Pramuka? Please deh,” Iindy dari Al-Azhar Pusat terang-terangan mengatakan dirinya tidak tertarik untuk ikut kegiatan Pramuka walaupun sudah ditawarkan berbagai perubahan yang akan terjadi di dalam Pramuka. Mungkin di benaknya, bakal lebih menarik mikir untuk bikin pensi yang megah dan ramai ketimbang ikutan perkemahan Sabtu-Minggu.
Tapi, jangan dikira alasan hedonisme di anak-anak adalah saingan terberat Pramuka. Kita juga mesti lihat kegiatan positif lain yang masih lebih hidup bagi anak-anak SMA. Sebutlah, kegiatan pencinta alam dan berbagai ekskul olahraga. Yang pasti, mereka bisa merasa lebih fun pada kegiatan yang mereka ikuti itu. Nah, kalau Pramuka ingin kembali menjadi kegiatan yang digemari oleh remaja, sepertinya banyak sekali PR yang mesti dikerjakan para kakak pembina. Atau, mungkin kegiatan yang dilakukan bisa lebih menantang. Misalnya, Pramuka adalah cikal bakal anggota pemadam kebakaran. Kayaknya seru juga tuh! Makin menantang!
Penulis : Teguh Andrianto, Tim Muda
Sumber : Kompas Online, Edisi 28 Juli 2006
“Memang Pramuka kurang ’hidup’ di kota besar, tapi di kota-kota kabupaten mereka masih banyak terlihat.” Untung Widiyanto selaku humas Jambore Nasional Pramuka menjelaskan kondisi Pramuka. Bagi anak-anak, kegiatan Pramuka memang lebih terasa sampai di bangku SMP. Saat mereka mendapat ’jabatan’ Pramuka Penggalang. Kegiatan outdoor, sangat memancing minat mereka.
“Kalau di SMA sekarang banyak kegiatan outdoor lain yang menarik, seperti pencinta alam,” ujar Indra, siswa SMA Sugar Lampung. Indra sendiri cukup rajin ikutan kegiatan Pramuka waktu duduk di bangku SMP. Bukan hanya karena kegiatan itu diwajibkan, tapi memang karena dia tertarik untuk ikutan kegiatan outdoor itu.
Pilihan Lain
Belum lama ini diadakan Jambore Nasional di Sumedang. Sebuah acara yang mengumpulkan anggota Pramuka dari berbagai penjuru negeri ini. Jambore Nasional diadakan setiap 5 tahun sekali sejak tahun 1973. Peserta Jambore ini juga adalah Pramuka Penggalang alias mereka yang duduk di bangku SMP. Sedangkan yang penegak lebih banyak bertugas mengawasi adik-adiknya.
Bisa jadi itu salah satu penyebab kenapa di tingkat SMA, Pramuka jadi kurang diminati karena mereka jadi harus lebih serius. Bandingkan dengan saat mereka berada di tingkat penggalang, di mana tugasnya adalah mengikuti berbagai pertandingan sehingga remaja di tingkat SMA lebih banyak memilih kegiatan lain yang bisa membuat mereka terhibur. Dan, makin terasa bagi mereka yang berada di kota besar. Pilihan lain sangat banyak!
Variasi Kegiatan
Walaupun Untung Widiyanto mengakui kegiatan untuk tingkat penegak kurang variatif, sebenarnya sudah ada beberapa penyesuaian kegiatan. “Kami melakukan revitalisasi Pramuka. Memfungsikan kembali unit-unit yang ada di Pramuka,” jelasnya lebih lanjut. Dan, revitalisasi ini bukan hanya memfungsikan ulang, tapi juga menciptakan kegiatan baru yang lebih modern. Misalnya saja, dulu hanya dikenal Jamboree On The Air (JOTA) alias berkumpulnya para anggota Pramuka lewat radio amatir. Sekarang ada Jamboree On The Internet (JOTI). Ngobrolnya tidak lagi lewat radio amatir, tapi chatting lewat internet. Dan kegiatan JOTI ini bukan hanya untuk tingkat nasional. Kegiatan ini juga dilakukan bareng World Organization of the Scout Movement (Pramuka Internasional). So, para Pramuka ini mestinya bukan kumpulan anak-anak yang kurang “gaul”. Malah mereka bergaul juga di tingkat internasional lho!
Namun, segala kegiatan itu ternyata masih kurang untuk menarik minat remaja setingkat SMA di kota besar karena internet bukan lagi hal aneh, dan tidak perlu ikut Pramuka untuk bisa bergaul lewat internet. Tidak heran kalau pada akhirnya keinginan untuk bergabung di Pramuka pun jadi kurang terasa. “Dulu aku ikut karena wajib ikut,” tutur Indriyana dari Yogyakarta.
Kalau diwajibkan sih, ya… bagaimana lagi? Tapi itu bukan lagi sebuah pilihan bijak untuk menghidupkan Pramuka di tingkat SMA. Yang lebih mungkin dihidupkan adalah pelebaran sayap kegiatan. Jangan dulu terlalu serius. Mungkin perlu perombakan seragam Pramuka biar enggak bosan?
Tahun depan bakal ada Jambore Dunia di Inggris. Dengar-dengar sih, sudah disiapkan dana untuk memberangkatkan tim Pramuka dari Indonesia. Semoga ajang itu tidak hanya arena untuk para penggalang bersenang-senang, tapi juga ajang belajar untuk tingkat penegak sampai pembina. Bagaimana caranya bikin Pramuka lebih hidup.
PR Para Pembina
“Gini hari masih Pramuka? Please deh,” Iindy dari Al-Azhar Pusat terang-terangan mengatakan dirinya tidak tertarik untuk ikut kegiatan Pramuka walaupun sudah ditawarkan berbagai perubahan yang akan terjadi di dalam Pramuka. Mungkin di benaknya, bakal lebih menarik mikir untuk bikin pensi yang megah dan ramai ketimbang ikutan perkemahan Sabtu-Minggu.
Tapi, jangan dikira alasan hedonisme di anak-anak adalah saingan terberat Pramuka. Kita juga mesti lihat kegiatan positif lain yang masih lebih hidup bagi anak-anak SMA. Sebutlah, kegiatan pencinta alam dan berbagai ekskul olahraga. Yang pasti, mereka bisa merasa lebih fun pada kegiatan yang mereka ikuti itu. Nah, kalau Pramuka ingin kembali menjadi kegiatan yang digemari oleh remaja, sepertinya banyak sekali PR yang mesti dikerjakan para kakak pembina. Atau, mungkin kegiatan yang dilakukan bisa lebih menantang. Misalnya, Pramuka adalah cikal bakal anggota pemadam kebakaran. Kayaknya seru juga tuh! Makin menantang!
Penulis : Teguh Andrianto, Tim Muda
Sumber : Kompas Online, Edisi 28 Juli 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong berikan komentar Anda !