pramukanet

Menjaga dan Mempertahankan Perdamaian di Setiap Jengkal Tanah Nusantaraheader image


cari keperluan kamu di sini

Minggu, 17 Maret 2013

Kalimat Syibeh (Tasybih) Dalam Ilmu Balaghoh

a. Pengertian Tasybih

Secara etimologis Tasybih bermakna tamsil, yang berarti ‘Perumpamaan’ atau ‘Penyerupaan’. Sedangkan Tasybih menurut ahli ilmu bayan adalah suatu istilah yang di dalamnya terdapat pengertian penyerupaan atau perserikatan antara dua perkara (Musyabah dan Musyabah bih). Perserikatan tersebut terjadi pada suatu makna ( wajh al-syibh) dan dengan mengunakan sebuah alat (adat Tasybih).

Tasybih termasuk uslub bayan yang didalamnya terdapat penjelasan dan perumpamaan. Tasybih merupakan langkah awal untuk menjelaskan suatu makna dan sarana untuk menjelaskan sifat. Dengan Tasybih, maka kita dapat menambah ketinggian makna dan kejelasannya serta juga dapat membuat makna tampak lebih indah dan bermutu. Berikut ini ungkapan al-Ma’arri dalam bentuk Tasybih,

انت كالشمس في الضياء وإن جا # وزت كيوان في علوّالمكان

“ Engkau bagaikan matahari yang memancarkan sinarnya walaupun kau berada di atas planet Pluto di tempat yang tinggi.”

b. Rukun Tasybih

Suatu ungkapan dinamakan Tasybih jika memenuhi syarat-syarat dalam unsur-unsurnya. Sebuah Tasybih harus memenuhi unsure-unsur berikut:

1. Musyabah, yaitu sesuatu yang hendak diserupakan.

2. Musyabah bih, sesuatu yang diserupai, kedua unsur ini disebut Thorafai Tasybih (kedua pihak yang diserupakan).
3. Wajh al-Syibh, yaitu sifat yang terdapat pada kedua pihak itu.
4. Adat al-Tasybih, yaitu huruf atau kata yang digunakan untuk menyatakan penyerupaan.
Contoh :

انت كالشمس في الضياء وإن جا # وزت كيوان في علوّالمكانWajah syibeh Adat tasybih Musyabbah bih Musyabbah
(pancaraaan cahaya)الضياء ( huruf kaf)ك الشمس انت

c. Macam-Macam Tasybih

Cara pengungkapan suatu ide dengan menggunakan model Tasybih pada dasarnya dapat melalui macam-macam bentuk. Bentuk-bentuk pengungkapan tersebut menunjukan jenis dari tasybih. Pembagian jenis tasybih sendiri dapat dilihat dari berbagai segi:

1. Dilihat dari segi ada atau tidak ada Adat Tasybih
Tasybih Mursal (disebut adat tasybih-nya)
Contoh :

انت كالشمس في الضياء وإن جا # وزت كيوان في علوّالمكان
Tasybih Muakkad (dibuang adat tasybih-nya)
Contoh:

انت شمس في الضياء وإن جاوزت كيوان في علوّالمكان

2. Dilihat dari segi ada atau tidak adanya wajah bsyibeh
Tasybih mufashshol (disebut wajah syibh-nya)
Contoh:

انت كالشمس في الضياء وإن جا # وزت كيوان في علوّالمكان
Tasybih mujmal (dibuang wajh syibh-nya)
Contoh:

انت كالشمس وإن جاوزت كيوان في علوّالمكان

3. Dilihat dari ada atau tidak adanya adat dan wajah syibeh
Tasybih baligh adalah tasybih yang dibuang adat tasybih dan wajh syibihnya.
Contoh:

انت شمس
Tasybih Ghair Baligh adalah tasybih yang merupakan kebalikan dari tasybih baligh.
Contoh:

انت كالشمس في الضياء وإن جا # وزت كيوان في علوّالمكان

4. Dilihat dari bentuk wajah syibeh
Tasybih Tamsil adalah tasybih yang keadaan wajh syibih-nya terdiri dari gambaran yang dirangkai dari keadaan beberapa hal.
Contoh:

يهزالجيش حولك جانبيه # كما نفضت جناحيها العقاب

“ Pasukan disekelilingmu bergerak seirama di kanan kirimu, sebagaimana burung yang menggerakkan kedua sayapnya.”
Tasybih Ghaer Tamsil tasybih yang wajh syibihnya tidak terdiri dari rangkaian rangkaian beberapa hal.
Contoh :

هو بحر السماح و الجود فازدد # منه قربا تزدد من الفقلر بعدا

“Ia adalah lautan kemurahan. Tingkatkan pendekatanmu kepadanya, maka kamu akan bertamabah jauh dari kefakiran.”

5. Tasybih yang keluar dari kebiasaan
Tasybih Maqlub adalah menjadikan musyabah sebagai musyabbah bih dengan mendakwahkan bahwa titik keserupaannya lebih kuat pada musyabbah.
Contoh:

وبدا الصباح كان غرته # وجه الخليفة حين يمتدح

” Pagi telah muncul, seakan-akan gebyarnya adalah wajah khalifah ketika dipuji.”
Tasybih Dhimni adalah tasybih yang kedua tharaf-nya tidak dirangkan dalam bentuk tasybih yang telah kita kenal, melainkan keduanya hanya berdampingan dalam susunan kalimat. Tasybih jenis ini didatangkan untuk menunjukkan bahwa hokum (makna) yang disandarkan kepada musyabbah itu mungkin adaya.
Contoh:

من يهن يسهل الهوان عليه # ما لجرح بميت ايلام

“ Barang siapa yang merendah, maka akan mudah ia menanggung kehinaan. Luka bagi mayat tidak memberinya sakit. “

d. Maksud dan Tujuan Tasybih

Tasybih merupakan salah satu Uslub pengungkapan dalam bahasa Arab. Uslub tasybih ini digunakan untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Menjelaskan kemungkinan adanya sesuatu hal pada Musyabah.
2. Menjelaskan keadaan Musyabah.
3. Menjelaskan kadar keadaan Musyabah.
4. Menegaskan keadaan Musyabah.
5. Memperindah atau memperburuk Musyabah.

Disadur dari Riungsastra.

Memahami Tasybih Dalam Sastra Arab
Tasybîh adalah salah satu bagian dari ilmu bayân dalam balâghah (Ilmu tentang retorika sastra arab). Secara etimologi berarti ‘menyerupakan’. Adapun secara terminologi tasybîh ialah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dengan menggunakan alat tasybîh, baik yang tersurat (tertulis), maupun yang tersirat (tidak tertulis), yang memang antara keduanya ada titik persamaan. Jika kita perhatikan definisi tasybîh secara bahasa, definisi itu masih terlalu global dan tidak bisa kita pakai.

Dalam tasybîh ada empat unsur yang menjadi syarat sebuah susunan kata disebut tasybîh yaitu,musyabbah (yang di serupakan), musyabbah bihi (yang di serupai), alat tasybîh (perantara untuk menyerupakan), dan wajah syabah (titik kesamaan antara musyabbah dan musyabbah bihi). Gambaran mudahnya:

اَنْتَ كَاالْبَحْرِ فِيْ السَّمَاحَةِوَالشَّمـ * شِ عُلُوًّا وَالْبَدْرِ فِيْ الْاِشْرَاقِ

“Kau dermawan bagaikan lautan, tinggi seperti matahari, bersinar laksana purnama “

Bait ini sudah mengandung empat unsur yang harus dipenuhi dalam tasybîh yaitu: musyabbah (yang diserupakan)berupa kata ‘kamu (anta)’, musyabbah bihi (yang diserupai) berupa kata ‘laut, matahari, dan purnama (bahr, syams, dan badr)’, alat tasybîh berupa kata ‘bagaikan, seperti, dan laksana (huruf kaf), dan wajah syabah (titik persamaan) berupa kata ‘dermawan, tinggi, dan bersinar (samâhah, ulûw, dan isyrâq)’. Dari sini kita juga tahu bahwa musyabbah bihi-nya atau sifat lafadz yang diserupai lebih kuat dari pada musyabbah. Matahari (musyabbah bihi) dengan manusia (musyabbah) tentu lebih tinggi matahari. Dani ini juga termasuk persyatan tasybîh.(2)

Tapi juga akan timbul pertanyaan, apakah ketentuan-ketentuan di atas merupakan syarat paten yang harus di penuhi tanpa bisa diganggu gugat? Ternyata tidak, semua syarat di atas boleh saja tidak terpenuhi, masalahnya satu atau dua unsur tasybîh boleh saja dibuang. Dan tasybih akan punya nama yang berbeda ketika unsur yang di buang berbeda pula. Dengan meninjau unsurnya tasybîh sendiri terbagi menjadi lima kategori yaitu:muakkad, mujmal, mufasshal, mursal, dan baligh. Contohnya kalimat “Kau cantik bagaikan Purnama”. Perinciannya, ketika kata ‘bagaikan’ dibuang dinamakan tasybîh muakkad, bila tidak dibuang maka dinamakan tasybîh mursal. Ketika kata ‘cantik’ di buang maka di namakan tasybîh mujmal, dan bila di sebutkan maka disebut tasybîh mufasshal. Namun ketika kedua kata ‘bagaikan’ dan ‘cantik’ di buang, maka di namakan tasybîh bâligh. Setelah anda mengetahui unsur-unsur tasybîh secara mendasar sekaligus tinjauannya, saatnya untuk lebih mendalami tasybîh sesuai dengan unsur yang ada.

Unsur-unsur Tasybîh

Dua tharaf tasybîh (musyabbah-musyabbah bihi) adalah dua unsur yang mempunyai peran fital dalam hal ini. Keduanya tidak mungkin di hilangkan, bahkan meniadakan salah satunya akan menjadikan susunan kalam yang salah. Sedang orientasinya tasybîh adalah menyerupakan. Kata menyerupakan memberi indikasi bahwa ada dua barang yang diserupakan seperti, “Pipimu lembut bagaikan mawar”. Pipi dan Mawar dua hal yang di serupakan, sehingga mustahil untuk mentiadakan salah satunya karena tak ada yang diserupakan dan yang diserupai.

Keduanya (musyabbah-musyabbah bihi) ada yang sama-sama hissî (indrawi). Maksudnya, sesuatu yang dapat di rasakan dengan panca indra yang lima; penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagai contoh, “Suaramu seperti bunyi bel”. Suara dan bunyi bel yang keras dapat di rasakan melalui pendengaran.

Kadang kal keduanya sama-sama aqlî (nalar). Madsudnya, tidak dapat di temukan kecuali oleh akal dan perasaan mutakallim(pembicara) atau penyair terhadap kalam yang di sampaikan. Contoh,”Ilmu itu seperti kehidupan”. Ilmu dan kehidupan tak dapat di rasakan oleh lisan, tak tercium oleh hidung, tak dapat di pegang oleh tanagan dll. Namun, dapat kita rasakan dengan akal, bahwa ilmu dikatakan hidup bila di amalkan dan di manfaatkan untuk orang lain. Dan kadang dua tharaf-nya berbeda. Dengan artian, musyabbah hissî sedangkan musyabbah bihi-nya aqlî atau sebaliknya.

Meninjau dari aspek titik kesamaan (wajah syabah) tasybîh ada dua; tahqîqî (Kongkrit) dan tahyîlî (Abstrak). Adapun tahqîqî merupakan gabungan dari dua tharaf yang sama-sama hissî misalnya, “Pak haji bersorban putih bagaikan salju”. Ini jelas bahwa keberadaan sifat putih merupakan gabungan sifat sorban dan salju yang kongkrit. Sedangkan tahyîlî hasil kombinasi dari dua tharaf yang sama-sama aqlî atau keduanya berbeda, sedangkan yang menyamakan antara keduanya adalah alat tasybîh.[*]

Catatan akhir:

Syekh Amin, Dr. bakrî, al-Balaghah al-Arabiah. Dar as – tsaqafah el-Islamiah, hal. 17.

Ali al-Jarim, Mustafa Amin, Al-Balaghah al-Wadlihah. Hal. 19.

Abu Bakar Abd. Qahir al-Farisî al-Jurjânî,Asrar al-Balaghah, juz 1,hal. 33.

Jalaluddin al-Qazwaini, al-îdlôh fî ulûm al- Balaghah. juz 1 hal. 71.

Dari Sidogiri.net

Poskan Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong berikan komentar Anda !