pramukanet

Menjaga dan Mempertahankan Perdamaian di Setiap Jengkal Tanah Nusantaraheader image


cari keperluan kamu di sini

Selasa, 18 September 2012

Asal-Usul Manusia Beragama


Sejarah umat manusia di barat menunjukkan bahwa dengan mengenyampingkan agama dan mengutamakan ilmu dan akal manusia semata-mata telah membawa krisis dan malapetaka. Atas pengalamannya tersebut, kini perhatian manusia kembali kepada agama, karena: (1) Ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya, dan (2) harapan manusia pada otak manusia untuk memecahkan segala masalah di masa lalu tidak terwujud.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah membawa manusia pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, namun dampak negatifnya juga cukup besar berpengaruh pada kehidupan manusia secara keseluruhan. Sehingga untuk dapat mengendalikan hal tersebut diperlukan agama, untuk diarahkan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.

  1. Manusia secara naluri dan fitrahnya memang sangat membutuhkan agama.
Manusia pada dasarnya membutuhkan agama karena hal ini yang membedakan manusia dengan mahluk lain seperti hewan. Dalam beberapa hal, ada kesamaan antara manusia dengan hewan, yaitu sama-sama sebagai mahluk Allah SWT, sama-sama mempunyai keinginan-keinginan biologis dan sama-sama mempunyai perasaan takut, sedih, dan gembira dan lain-lain. Manusia merupakan mahluk yang unik dan istimewa. Secara fisik manusia lebih lemah dibandingkan dengan hewan tetapi manusia mempunyai jiwa dan akal yang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah dan lain sebagainya.
Al-Qur’an Surat Al-Ar’af menerangkan kepada kita bahwa sesungguhnya di alam ruh manusia sudah berjanji dan menyaksikan bahwa Allah SWT adalah sang Maha Pencipta.
Juga Al-Quran Surat Al-Baqarah dari ayat 1 s/d ayat 20 menceritakan golongan-golongan manusia. Para mufasirin menfasirkan bahwa ayat 1 – 5 menerangkan orang-orang yang beriman, ayat 6 – 7  menerangkan orang-orang yang kafir, dan ayat 8 – 20 menerangkan keadaan orang yang munafik. Dari 20 ayat yang diturunkan pada awal surat ini ternyata hanya 2 ayat saja yang menerangkan mengenai orang-orang kafir. Hal ini  yang ditafsirkan bahwa kebanyakan manusia sebenarnya beriman namun yang paling banyak jumlahnya adalah golongan orang-orang atau kaum munafiqin yang senantiasa berada dan ragu di antara keimanan dan kemunakran mereka.
Adapun dari segi kehidupannya maka manusia terbagi ke dalam tiga golongan yaitu golongan (a) Manusia yang mengabdikan hidupnya hanya untuk kehidupan dunia sebagaimana difirmankan QS Al-Anam ayat 29 dan Al-Jatsiyah ayat 24. (b) Manusia yang tidak mempunyai arah / tujuan hidup yang jelas sebagaimana dinyatakan dalam QS Al-Baqarah ayat 14 (c) Manusia yang menjadikan kehidupan dunia sebagai ladang bagi kehidupan di akhirat kelak, hal ini dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 dan Al-An’am ayat 32. 
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali ditegaskan kepada agama islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia, sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru dimasa akhir-akhir ini muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitri keagamaan yang ada pada diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunya manusia kepada agama, oleh karenanya ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya hal tersebut.
Dalam konteks ini kita misalnya membaca ayat yang berbunyi :



Artinya ; “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu (QS.Al-rum : 30)

Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah sedang manusia saya membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri .
Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang beragama ini memerlukan pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan seterusnya dengan cara mengenalkan agama kepadanya.
  1. Manusia tidak mempunyai jawaban yang pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta (Karena kekurangannya).
Pada saat Nabi Adam diturunkan ke bumi maka timbul kebingungan dalam dirinya tentang bagaimana menghadapi kehidupan di bumi, maka Allah SWT memberi tuntunan melalui wahyu dan isyarat-isyarat yang diturunkan kepada beliau. Bahkan sebelum Nabi Adam diciptakan-Nya para malaikat berdialog dengan Allah SWT tentang mahluk yang akan diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di bumi (Al-Baqarah ayat 30-34). Pertanyaan yang disampaikan malaikat adalah bentuk keprihatinan kepada manusia yang cenderung menjadi mahluk pembangkang namun Allah berfirman bahwa Allah lebih mengetahui daripada apa yang diketahui para malaikat. Dan selanjutnya Allah memberikan pelajaran mengenai nama-nama benda kepada nabi Adam sebagai pengetahuan dan menjadikan kedudukan atau derajat  Nabi Adam yang lebih tinggi daripada malaikat sehingga malaikat diperintahkan sujud kepada Nabi Adam.
Faktor lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .
Walaupun manusia itu dianggap sebagai makhluk yang terhebat dan tertinggi dari segala makhluk yang ada di ala mini, akan tetapi mereka mempunyai kelemahan dan kekurangan karena terbatasnya kemampuan M. abdul alim Shaddiqi dalam bukunya “Quesk For True Happines” menyatakan bahwa keterbatasan manusia itu terletak pada pengetahuannya hanyalah tentang apa yang terjadi sekarang dan sedikit tentang apa yang telah izin. Adapun tentang masa depan yang sama sekali tidak tahu, oleh sebab itu kata beliau selanjutnya hukum apa sajapun yang dapat dibuat oleh manusia tentang kehidupan insani adalah berdasarkan pengalaman masa lalu. Selanjutnya dikatakan disamping itu manusia menjadi lemah karena di dalam dirinya ada hawa nafsu yang selain mengajak kepada kejahatan, sesudah itu ada lagi iblis yang selain berusaha menyesatkan manusia dari kebenaran dan kebaikan. Manusia hanya dapat melawan musuh-musuh ini ialah dengan senjata agama.
Allah menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia itu telah diciptakan-nya dengan batas-batas tertenu dan dalam keadaan lemah.


Artinya :
“Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu (terasuk manusia) telah kami ciptakan dengan ukuran (batas) tertentu (qS. Al-Qomar : 49)

Untuk mengatasi kelemahan-kelemana dirinya itu dan keluar dari kegagalan-kegagalan tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan wahyu akan agama .

  1. Manusia sangat membutuhkan pedoman untuk mengatur kehidupan di dunia dan mempersiapkan dirinya untuk kehidupan di akhirat (Tantangan hidup).
Manusia sebagai mahluk individu sekaligus sebagai mahluk sosial sangat memerlukan aturan dalam seluruh aspek kehidupannya. Mulai dari menyalurkan kebutuhan yang paling dasar sampai memenuhi kebutuhannnya yang primer, sekunder dan tersier. Semua aspek kehidupan ada aturannya apalagi untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Ilmuwan barat di antaranya Schumacher menyatakan bahwa materialisme sudah mati, manusia sekarang mencari spiritualisme sehingga menurut hemat kita pencarĂ­an dan kembalinya manusia terhadap agama merupakan jawaban yang tepat.  Wallahu’alam bishshawab …

Poskan Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong berikan komentar Anda !