Kemajuan ilmu pengetahuan telah membawa manusia pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, namun dampak negatifnya juga cukup besar berpengaruh pada kehidupan manusia secara keseluruhan. Sehingga untuk dapat mengendalikan hal tersebut diperlukan agama, untuk diarahkan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.
- Manusia secara naluri dan fitrahnya memang sangat membutuhkan agama.
Manusia
pada dasarnya membutuhkan agama karena hal ini yang membedakan manusia dengan
mahluk lain seperti hewan. Dalam beberapa hal, ada kesamaan antara manusia
dengan hewan, yaitu sama-sama sebagai mahluk Allah SWT, sama-sama mempunyai
keinginan-keinginan biologis dan sama-sama mempunyai perasaan takut, sedih, dan
gembira dan lain-lain. Manusia merupakan mahluk yang unik dan istimewa. Secara
fisik manusia lebih lemah dibandingkan dengan hewan tetapi manusia mempunyai
jiwa dan akal yang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah dan lain
sebagainya.
Al-Qur’an
Surat Al-Ar’af menerangkan kepada kita bahwa sesungguhnya di alam ruh manusia
sudah berjanji dan menyaksikan bahwa Allah SWT adalah sang Maha Pencipta.
Juga
Al-Quran Surat Al-Baqarah dari ayat 1 s/d ayat 20 menceritakan
golongan-golongan manusia. Para mufasirin menfasirkan bahwa ayat 1 – 5
menerangkan orang-orang yang beriman, ayat 6 – 7 menerangkan orang-orang
yang kafir, dan ayat 8 – 20 menerangkan keadaan orang yang munafik. Dari 20
ayat yang diturunkan pada awal surat ini ternyata hanya 2 ayat saja yang
menerangkan mengenai orang-orang kafir. Hal ini yang ditafsirkan bahwa
kebanyakan manusia sebenarnya beriman namun yang paling banyak jumlahnya adalah
golongan orang-orang atau kaum munafiqin yang senantiasa berada dan ragu di
antara keimanan dan kemunakran mereka.
Adapun
dari segi kehidupannya maka manusia terbagi ke dalam tiga golongan yaitu
golongan (a) Manusia yang mengabdikan hidupnya hanya untuk kehidupan dunia
sebagaimana difirmankan QS Al-Anam ayat 29 dan Al-Jatsiyah ayat 24. (b) Manusia
yang tidak mempunyai arah / tujuan hidup yang jelas sebagaimana dinyatakan
dalam QS Al-Baqarah ayat 14 (c) Manusia yang menjadikan kehidupan dunia sebagai
ladang bagi kehidupan di akhirat kelak, hal ini dalam surat Adz-Dzariyat ayat
56 dan Al-An’am ayat 32.
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut
buat pertama kali ditegaskan kepada agama islam, yakni bahwa agama adalah
kebutuhan fitri manusia, sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru
dimasa akhir-akhir ini muncul beberapa orang yang menyerukan dan
mempopulerkannya. Fitri keagamaan yang ada pada diri manusia inilah yang
melatar belakangi perlunya manusia kepada agama, oleh karenanya ketika datang
wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat
sejalan dengan fitrahnya hal tersebut.
Dalam konteks ini kita misalnya membaca ayat yang berbunyi :
Artinya ; “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu (QS.Al-rum : 30)
Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah sedang manusia saya membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri .
Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang beragama ini memerlukan pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan seterusnya dengan cara mengenalkan agama kepadanya.
Dalam konteks ini kita misalnya membaca ayat yang berbunyi :
Artinya ; “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu (QS.Al-rum : 30)
Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah sedang manusia saya membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri .
Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang beragama ini memerlukan pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan seterusnya dengan cara mengenalkan agama kepadanya.
- Manusia tidak mempunyai jawaban yang pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta (Karena kekurangannya).
Pada
saat Nabi Adam diturunkan ke bumi maka timbul kebingungan dalam dirinya tentang
bagaimana menghadapi kehidupan di bumi, maka Allah SWT memberi tuntunan melalui
wahyu dan isyarat-isyarat yang diturunkan kepada beliau. Bahkan sebelum Nabi
Adam diciptakan-Nya para malaikat berdialog dengan Allah SWT tentang mahluk
yang akan diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di bumi (Al-Baqarah ayat
30-34). Pertanyaan yang disampaikan malaikat adalah bentuk keprihatinan kepada
manusia yang cenderung menjadi mahluk pembangkang namun Allah berfirman bahwa
Allah lebih mengetahui daripada apa yang diketahui para malaikat. Dan
selanjutnya Allah memberikan pelajaran mengenai nama-nama benda kepada nabi
Adam sebagai pengetahuan dan menjadikan kedudukan atau derajat Nabi Adam
yang lebih tinggi daripada malaikat sehingga malaikat diperintahkan sujud
kepada Nabi Adam.
Faktor
lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karena disamping
manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .
Walaupun
manusia itu dianggap sebagai makhluk yang terhebat dan tertinggi dari segala
makhluk yang ada di ala mini, akan tetapi mereka mempunyai kelemahan dan
kekurangan karena terbatasnya kemampuan M. abdul alim Shaddiqi dalam bukunya
“Quesk For True Happines” menyatakan bahwa keterbatasan manusia itu terletak
pada pengetahuannya hanyalah tentang apa yang terjadi sekarang dan sedikit
tentang apa yang telah izin. Adapun tentang masa depan yang sama sekali tidak
tahu, oleh sebab itu kata beliau selanjutnya hukum apa sajapun yang dapat
dibuat oleh manusia tentang kehidupan insani adalah berdasarkan pengalaman masa
lalu. Selanjutnya dikatakan disamping itu manusia menjadi lemah karena di dalam
dirinya ada hawa nafsu yang selain mengajak kepada kejahatan, sesudah itu ada
lagi iblis yang selain berusaha menyesatkan manusia dari kebenaran dan
kebaikan. Manusia hanya dapat melawan musuh-musuh ini ialah dengan senjata
agama.
Allah
menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia itu telah diciptakan-nya
dengan batas-batas tertenu dan dalam keadaan lemah.
Artinya
:
“Sesungguhnya
tiap-tiap sesuatu (terasuk manusia) telah kami ciptakan dengan ukuran (batas)
tertentu (qS. Al-Qomar : 49)
Untuk
mengatasi kelemahan-kelemana dirinya itu dan keluar dari kegagalan-kegagalan
tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan wahyu akan agama .
- Manusia sangat membutuhkan pedoman untuk mengatur kehidupan di dunia dan mempersiapkan dirinya untuk kehidupan di akhirat (Tantangan hidup).
Manusia
sebagai mahluk individu sekaligus sebagai mahluk sosial sangat memerlukan
aturan dalam seluruh aspek kehidupannya. Mulai dari menyalurkan kebutuhan yang
paling dasar sampai memenuhi kebutuhannnya yang primer, sekunder dan tersier.
Semua aspek kehidupan ada aturannya apalagi untuk kehidupan di dunia dan
akhirat. Ilmuwan barat di antaranya Schumacher menyatakan bahwa materialisme
sudah mati, manusia sekarang mencari spiritualisme sehingga menurut hemat kita
pencarĂan dan kembalinya manusia terhadap agama merupakan jawaban yang tepat. Wallahu’alam
bishshawab …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong berikan komentar Anda !